Rupiah Terbaik Asia (Lagi), Tapi Jangan Dipuji Berlebihan!




Bukawarta.xyz - Nilai tukar rupiah kembali
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hari ini.



Sepanjang pekan lalu, Mata Uang Garuda membukukan penguatan 3,66% melawan dolar AS ke Rp 15.800/US$. Penguatan paling tajam terjadi pada Kamis lalu, ketika melesat 2,17%. Persentase penguatan harian tersebut menjadi yang terbesar dalam lima tahun terakhir, tepatnya sejak 7 Oktober 2015, kala rupiah menguat 3,1%.

Tidak hanya melawan dolar AS, semua mata utama Asia hingga Eropa ditaklukkan rupiah, boleh dikatakan rupiah menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di dunia pada pekan lalu.

Sentimen pelaku pasar yang sedang bagus membuat rupiah menguat tajam kemarin. Penyebaran pandemi Covid-19 yang mulai melambat memunculkan harapan segera berakhirnya masa karantina di beberapa wilayah/negara. Dengan begitu diharapkan roda perekonomian kembali berputar.

Meski di beberapa wilayah kembali mengalami peningkatan, tetapi secara global berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) penambahan jumlah kasus secara penambahan jumlah kasus COVID-19 sudah satu digit persentase sejak 30 Maret lalu. Terbaru, pada 12 April terjadi penambahan kasus 5,32% sehingga total menjadi 1,696 juta kasus.

Laju penambahan satu digit persentase tersebut menunjukkan penyebaran COVID-19 sudah mulai melandai secara global dan bisa menjadi kabar bagus.

Selain itu, Bank Indonesia (BI) yang menyepakati kerja sama repurchase agreement (repo) line dengan Bank Sentral AS (The Fed) New York juga memberikan efek positif ke rupiah. The Fed New York nantinya akan menyiapkan stok dolar hingga US$ 60 miliar jika BI membutuhkan.

"Ini bentuknya repo line. Kerja sama dengan bank sentral termasuk BI dengan The Fed. Repo line ini adalah suatu kerja sama untuk kalau BI membutuhkan likuiditas dolar bisa digunakan," kata Perry, Selasa (7/4/2020).

BI mengklaim keberhasilan kerja sama ini memberikan keyakinan kepada investor asing. Meningkatnya keyakinan investor yang disebut BI membuat aliran modal asing (hot money) kembali masuk ke Indonesia.

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, memasuki kuartal II-2020, aliran hot money di pasar obligasi mulai stabil, tidak lagi terjadi aksi jual yang menyebabkan capital outflow ratusan triliun seperti di bulan Maret.

Data dari DJPPR menunjukkan sejak akhir Maret hingga 7 April lalu, terjadi inflow di pasar obligasi sebesar Rp 920 miliar. Capital inflow tersebut membuat rupiah menjadi stabil dan kembali menguat.



Jika secara global penyebaran COVID-19 melambat, di China justru terjadi peningkatan kasus yang memicu kecemasan akan "serangan" COVID-19 gelombang kedua.

China, yang sebelumnya sudah berhasil meredam penyebaran COVID-19 kini kembali mengalami kenaikan kasus dua kali lipat. Komisi Kesehatan China (NHC) melaporkan pada 11 April terjadi penambahan sebanyak 99 kasus COVID-19. Angka tersebut bertambah lebih dari dua kali lipat hari sebelumnya, dimana kasus baru yang dilaporkan sebanyak 46 kasus.

Dari total kasus baru kemarin, sebanyak 97 di antaranya merupakan kasus "impor" atau orang-orang yang baru datang ke China dari luar negeri. Sementara 2 lainnya merupakan transmisi lokal.

Kemudian, Minggu kemarin NHC melaporkan jumlah kasus baru sebanyak 108, dengan 98 kasus merupakan kasus impor dan 10 orang transmisi lokal.




Berkaca dari Singapura, serangan virus corona gelombang kedua yang terjadi akibat kasus impor dan mengakibatkan penambahan kasus yang sangat signifikan.

Kementerian Kesehatan Singapura melaporkan 233 kasus baru dalam sehari Minggu kemarin. 167 diantaranya dikatakan tidak pernah kontak dengan pasien lainnya. Penambahan kasus harian tertinggi sebanyak 287 kasus yang dilaporkan pada pekan lalu.

Singapura merupakan salah satu negara yang terpapar COVID-19 sejak awal kemunculannya, bahkan sempat menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak kedua setelah China. Tetapi, Singapura mampu meredam penyebarannya, hingga pertengahan Maret total jumlah kasus sekitar 200-an orang.

Tetapi setelahnya, Negeri Merlion menghadapi serangan virus corona gelombang kedua. Sebabnya, warga negara Singapura yang tinggal di Eropa maupun Amerika Serikat (AS) mudik setelah Eropa kemudian AS menjadi episentrum penyebaran COVID-19.

Dampaknya, Singapura mengalami lonjakan kasus, hingga hari ini jumlah kasus tercatat sebanyak 2.532 kasus, naik 1.000% lebih dibandingkan pertengahan Maret lalu.

Di Indonesia sendiri, kasus COVID-19 masih dalam tren naik, mengingat kasus pertama baru terjadi awal Maret. Hingga Minggu kemarin tercatat kasus positif sebanyak 4.241 orang, dengan 373 orang meninggal dunia, dan 359 dinyatakan sembuh.

Penyebaran kasus di China, Singapura hingga Indonesia jika terus menunjukkan kenaikan signifikan tentunya akan kembali memperburuk sentimen pelaku pasar, dan aliran modal keluar (capital outflow) bisa kembali terjadi.

Pergerakan rupiah memang sangat rentan oleh keluar masuknya aliran modal (hot money) sebagai sumber devisa. Sebabnya, pos pendapatan devisa lain yakni transaksi berjalan (current account), belum bisa diandalkan.

Sejak tahun 2011 transaksi berjalan RI sudah mengalami defisit (current account deficit/CAD). Praktis pasokan valas hanya dari hot money, yang mudah masuk-keluar. Ketika terjadi capital outflow yang besar maka tekanan bagi rupiah akan semakin kuat.


TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)


Post a Comment

أحدث أقدم