Bukawarta.xyz - Nilai tukar rupiah menguat tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang pekan lalu, hingga menembus ke bawah Rp 16.000/US$. Tidak hanya melawan dolar AS, semua mata utama Asia hingga Eropa ditaklukkan rupiah, boleh dikatakan rupiah menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di dunia pada pekan lalu.
Sepanjang pekan lalu, Mata Uang Garuda membukukan penguatan 3,66% melawan dolar AS ke Rp 15.800/US$. Penguatan paling tajam terjadi pada Kamis lalu, ketika melesat 2,17%. Persentase penguatan harian tersebut menjadi yang terbesar dalam lima tahun terakhir, tepatnya sejak 7 Oktober 2015, kala rupiah menguat 3,1%.
Rupiah mampu menguat 3,66% melawan dolar Hong Kong, terbesar diantara mata uang utama Asia lainnya. Won Korea Selatan menjadi mata uang yang pelemahannya paling kecil melawan rupiah, 1,58%.
Sementara mata uang Eropa, euro, poundsterling hingga franc Swiss melemah lebih dari 2%.
Sentimen pelaku pasar yang sedang bagus membuat rupiah menguat tajam kemarin. Penyebaran pandemi Covid-19 yang mulai melambat memunculkan harapan segera berakhirnya masa karantina di beberapa wilayah/negara. Dengan begitu diharapkan roda perekonomian kembali berputar.
Selain itu, Bank Indonesia (BI) yang menyepakati kerja sama repurchase agreement (repo) line dengan Bank Sentral AS (The Fed) New York juga memberikan efek positif ke rupiah. The Fed New York nantinya akan menyiapkan stok dolar hingga US$ 60 miliar jika BI membutuhkan.
"Ini bentuknya repo line. Kerja sama dengan bank sentral termasuk BI dengan The Fed. Repo line ini adalah suatu kerja sama untuk kalau BI membutuhkan likuiditas dolar bisa digunakan," kata Perry, Selasa (7/4/2020).
BI mengklaim keberhasilan kerja sama ini memberikan keyakinan kepada investor asing.
Meningkatnya keyakinan investor yang disebut BI terlihat dari aliran modal asing kembali masuk ke Indonesia.
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, memasuki kuartal II-2020, aliran hot money di pasar obligasi mulai stabil, sejalan dengan pergerakan rupiah. Dari dari DJPPR menunjukkan sejak akhir Maret hingga 7 April lalu, terjadi inflow di pasar obligasi sebesar Rp 920 miliar
Dilihat secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih memiliki momentum penguatan setelah menembus ke bawah level psikologis Rp 16.000/US$. Selain itu, indikator Stochastic bergerak turun tetapiu belum mencapai wilayah jenuh jual (oversold) sehingga ruang penguatan masih terbuka.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah oversold (di bawah level 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik naik. Dalam hal ini, USD/IDR berpeluang naik, yang artinya dolar AS berpeluang menguat jika stochastic mencapai oversold.
![]() Sumber: Refinitiv |
Penguatan tajam rupiah pada pekan lalu didukung munculnnya pola Shooting Star. Rupiah Pada hari Senin (6/4/2020) sempat melemah hingga 0,91%, kemudian berbalik menguat 0,12%. Jika dilihat pada grafik, badan (candle stick) kecil di bagian bawah, sementara ekornya panjang ke atas. Pola tersebut disebut shooting star, dan kerap dijadikan sinyal pembalikan arah atau USD/IDR akan bergerak turun, dengan kata lain rupiah berpeluang menguat.
Pola ini sebelumnya juga sudah muncul 20 Maret lalu, tetapi sayangnya pandemi COVID-19 terus mempengaruhi sentimen pelaku pasar yang membuat rupiah sulit menguat.
Faktor fundamental memang akan lebih mempengaruhi pergerakan rupiah selama pandemi COVID-19 belum bisa dihentikan.
Pola yang sama juga muncul 2 April lalu, dan yang terbaru Rabu (8/4/2020), sehingga total sudah ada 4 pola Shooting Star yang muncul dalam satu bulan terakhir. Secara psikologis, pola shooting star menunjukkan aksi jual dolar berusaha mendominasi pasar.
Efeknya, rupiah menguat tajam hingga melewati target penguatan ke Rp 15.900/US$ pada analisis teknikal Kamis (9/4/2020) lalu.
Untuk hari ini, selama bertahan di bawah level psikologis Rp 16.000/US$, peluang penguatan rupiah terbuka menuju Rp 15.650 sampai Rp 15.550/US$.
Sementara jika kembali melemah, level psikologis Rp 16.000/US$ akan menjadi resisten yang kuat.
Posting Komentar