Apa Itu Herd Immunity yang Disebut Dapat Perlambat Pandemi Corona?

Ilustrasi istilah-istilah terkait virus Corona, apakah semua paham? (Danu Damarjati/detikcom)/Apa Itu Herd Community yang Disebut Dapat Perlambat Pandemi Corona?

Ilustrasi istilah-istilah terkait virus Corona, apakah semua paham? (Danu Damarjati/detikcom)/Apa Itu Herd Community yang Disebut Dapat Perlambat Pandemi Corona?



Kasus infeksi virus Corona atau COVID-19 yang semakin banyak di Indonesia masih jadi pusat perhatian dunia. Di tengah perhatian tersebut, ide herd immunity sempat muncul dan menjadi kontroversi para ahli kesehatan.

Apa itu Herd Immunity?


Dikutip dari Business Insider, herd immunity adalah kondisi saat sejumlah orang dalam populasi punya daya imun yang sangat baik sehingga tahan penyakit. Adanya herd immunity memungkinkan penyakit tidak menyebar lebih luas dan bisa ditahan.

Ide herd immunity menghadapi virus Corona dilontarkan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte dalam acara televisi. Dengan mengekspos lebih banyak orang terhadap COVID-19, peluang sembuh makin banyak dan terbentuk daya tahan tubuh dan komunitas yang lebih baik.

"Dengan pendekatan herd immunity, satu dari banyak orang hanya akan mengalami gejala minimal. Hasilnya, kita bisa membangun daya tahan tubuh komunitas dan sistem kesehatan untuk menanganinya," kata Rutte.

Rutte segera meralat ide herd immunity setelah mendapat tanggapan negatif dari ahli kesehatan. Dalam klarifikasinya, Rutte menjelaskan, herd immunity adalah efek samping dari upaya pemerintah menangani COVID-19 dan bukan fokus utama.

Herd immunity
hanya dapat dibangun dengan proses alami, bukan sengaja memaparkan banyak orang kepada virus atau bakteri. Kemungkinan herd community juga hanya dapat dibangun lewat penggunaan vaksin.

"Cara paling aman untuk memperoleh herd immunity terhadap virus Corona atau COVID-19 adalah melalui vaksin," kata ahli biostatistik Natalie Dean dari University of Florida.

Contoh herd immunity adalah pada ketahanan menghadapi measles atau campak, yang lebih menular dibanding virus Corona. Para ahli memperkirakan, 93-95 persen komunitas harus punya imun yang baik menghadapi campak. Sedangkan dalam virus Corona hanya perlu 40-70 persen komunitas.

Selain lewat vaksin, herd immunity bisa diperoleh lewat mereka yang berhasil sembuh dari infeksi virus dan bakteri. Namun mereka yang sembuh harus benar-benar memiliki daya imun yang baik, sehingga kemungkinan mengalami reinfeksi rendah atau nol.

Terkait virus Corona, para ahli diperkirakan butuh waktu 18 bulan untuk mengembangkan vaksin yang melindungi tubuh dari virus Corona. Selain itu, hingga saat ini belum diketahui peluang mengalami reinfeksi COVID-19 dan pengaruhnya pada berbagai kelompok penduduk.

"Mereka membuat asumsi yang sangat besar saat mengatakan, usia muda bisa mengalami COVID-19 namun tidak meninggal. Kita tidak punya cukup data untuk mendukung asumsi tersebut. Kita melihat pasien virus Corona usia 30-an di ICU dan tidak tahu akan sehat kembali, mengalami gangguan paru, atau sesak napas," kata Dean.

Data Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menegaskan usia muda tetap berisiko mengalami infeksi virus Corona. Dalam data yang diperoleh 12-16 Maret 2020, sekitar 20 persen dari 508 pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit berusia 20-44 tahun. Artinya, tidak ada yang bebas dari risiko COVID-19 dan kemungkinan terburuknya.

(row/nwy)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama